Ada satu hal yang terpaksa menghilang untuk sementara akibat pandemi virus corona; keleluasaan untuk berkumpul, bertatap muka. Aktivitas di luar rumah harus dibatasi, demi mencegah penyebaran virus yang makin meluas. 

Mau tak mau, konsep bisnis kuliner seperti restoran atau coffee shop pun harus berganti, menggantikan lenyapnya elemen kebersamaan tatap muka selama pandemi. Apalagi, kebiasaan para konsumen juga turut berubah, ketika mereka lebih banyak menghabiskan waktu #dirumahaja. 

Menurut Mikael Jasin, juara 4 World Barista Championship sekaligus co-founder So So Good Coffee Company mengungkapkan, selama pandemi ini muncul beberapa tren, khususnya pada industri kopi. 

Sebelum terjadinya pandemi, coffee shop menjadi sebuah third space, tempat ketiga di antara rumah dan kantor. Mereka tak hanya menawarkan produk minuman, namun juga experience berupa interaksi dan suasana. 

Kedua, adalah kemunculan kopi susu yang jadi tren tersendiri di industri kopi. Pertama kali diperkenalkan di tahun 2015, makin lama produknya makin banyak dan booming. 

Lalu, bagaimana pergeseran tren yang tengah terjadi selama pandemi ini? 

Laki-laki yang akrab dipanggil Miki ini menjelaskan, kalau tren industri kuliner --termasuk kopi-- saat pandemi terbagi menjadi tiga tahap. Bagaimana industri kuliner bisa turut berempati, lalu beralih ke strategi yang cepat dan efisien, serta yang terakhir; menerima dan mengadaptasi konsep baru sebagai the new normal. 

Meluncurkan produk kopi siap minum yang berukuran besar (yang juga tengah banyak dilakukan oleh berbagai coffee shop), misalnya. Produk ini mampu menyesuaikan dengan kondisi orang-orang yang hanya bisa pergi keluar rumah sesekali, dan menyimpannya sebagai persediaan untuk beberapa hari. 

Kepekaan dengan kondisi yang tengah dialami oleh banyak orang juga perlu diterapkan. 

"Orang-orang mulai merasa bosan di rumah, tapi di satu sisi mulai banyak yang takut income-nya berkurang. Nah, salah satu cara untuk menanggulangi kekhawatiran customer, kami dari Common Grounds mengurangi ukuran produk biji kopi yang dijual. Jadi, dari segi harga juga enggak terlalu mahal untuk mereka yang baru mau coba-coba," jelas Miki dalam acara Food and Hospitality Talk Webinar: Evolving Digital Minds of Coffee Industry pada Jumat, (15/5). 

Sebagai salah satu penyedia specialty products, penting pula untuk mampu menjembatani produk dan experience yang bisa dibagikan kepada konsumen. Miki mengungkapkan, caranya bisa dengan meluncurkan video tutorial. 

Misalnya, saat mereka baru meluncurkan beans terbaru, berikan pula video berisi pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilontarkan oleh konsumen. Mulai dari berapa suhu air yang sebaiknya digunakan untuk menyeduh beans tersebut, sampai detail metode penyeduhannya. 

"Industri kopi jadi salah satu yang agak susah didigitalkan sebenarnya. Yang penting adalah, karena digital enggak bisa bertemu secara tatap, gimana caranya brand kita bisa menciptakan personality. Sehingga customer seakan sedang berhadapan dengan orang," pungkas Miki.