Nilai tukar euro akhirnya melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (30/7/2020), begitu juga melawan rupiah. Jerman, motor penggerak ekonomi Eropa, resmi mengalami resesi yang membuat euro tertekan.

Pada pukul 16:29 WIB, euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,1737, melemah 0,46% di pasar spot, melansir data Refinitiv.


Sementara melawan rupiah, euro melemah tipis 0,04% di Rp 17.068,39/EUR. Di awal perdagangan hari ini, euro masih sempat menguat 0,51%.


Jerman hari ini melaporkan data produk domestik bruto (PDB) kuartal II-2020 yang mengalami kontraksi 11,7% year-on-year (YoY), sementara di kuartal sebelumnya -2,3 YoY. Negara dengan nilai ekonomi terbesar di Eropa ini akhirnya "disahkan" mengalami resesi.


Jerman menyusul negara-negara Asia yang sudah terlebih dahulu mengalami pertumbuhan ekonomi minus, seperti Jepang dan Singapura.


Sebelum hari ini, euro sudah menguat tajam melawan dolar AS dan rupiah. Sepanjang bulan Juli hingga Rabu kemarin, mata uang 19 negara ini mencatat penguatan nyaris 5% melawan dolar AS dan mencapai level tertinggi sejak September 2018. Sementara melawan rupiah melesat 7,12% sepanjang bulan Juli.


Penguatan tajam tersebut dan posisi euro baik terhadap dolar AS dan rupiah tentunya membuat investor tergiur mencairkan cuan sehingga memicu aksi profit taking. Bisa dikatakan profit taking menjadi pemicu utama pelemahan euro, resesi Jerman hanya memperdalam penurunan melawan dolar AS serta jadi berbalik melemah tipis melawan rupiah.


Pemicu penguatan tajam euro di bulan Juli yakni pemerintah Eropa pada pekan lalu yang menyepakati stimulus fiskal senilai 750 miliar guna membangkitkan perekonomian yang merosot ke jurang resesi akibat pandemi penyakit virus corona. Kebijakan tersebut menimbulkan harapan akan kebangkitan ekonomi Benua Biru.


Kebangkitan ekonomi Eropa kian nyata melihat data aktivitas bisnis (manufaktur dan jasa) bulan Juli yang kembali berekspansi. Jumat pekan lalu, Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur dan jasa di zona euro, semuanya di atas 50.


PMI dari Markit menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atasnya berarti ekspansi, di bawah berarti kontraksi.


Dengan rilis semua di atas 50, artinya roda bisnis manufaktur dan jasa di zona euro sudah kembali berputar, sehingga perekonomian bisa segera bangkit kembali. Euro pun semakin tak terbendung di bulan ini, bahkan ada kemungkinan melaju kencang lagi ke depannya.

cnbc